Sejak dulu, Wilayah Eropa sudah terbagi menjadi dua bagian, yakni Timur dan Barat. Ini merujuk kepada era kekaisaran Romawi di Timur dan Bizantium di Barat. Negara-negara Eropa Timur meliputi Belarus, Republik Ceko, Polandia, Ukraina dan Balkan (seperti Yunani, Albania, Bulgaria, Serbia, Rumania serta Hungaria) Di bagian barat Eropa terdapat negara Spanyol, Italia, Prancis, Jerman, Austria, Inggris, Swedia, Norwegia dan Denmark. Sedangkan Rusia dianggap sebagai Negara Euro-Asiatik.
Pada abad pertengahan
[1] Eropa dipenuhi kegelapan, cahaya mercusuar justru muncul di bagian lain bumi ini dan dengan cepat menyentuh Eropa dengan cara yang bermacam-macam. Pada abad ke 7, Islam mengakar di Arabia dan dengan cepat menyebar ke segala penjuru, mencapai ujung selatan Eropa Barat di awal abad ke-8. Seribu tahun berikutnya, keberadaan Muslim di Eropa diwakili di Spanyol, Sisilia, Turki Barat, Balkan dan Rusia Timur pada kurun waktu yang berbeda-beda.
Umat Islam menguasai Spanyol pada tahun 711M dan membuat terobosan ke Perancis sesaat setelahnya. Orang-orang Islam dipukul mundur dari Perancis pada saat pertempuran melawan Charles Martel di tahun 800M. Muslim juga pernah memerintah Italia bagian selatan selama 200 tahun antara abad 9 -11 M sebelum akhirnya diusir keluar dari Sisilia, yakni sebuah pulau di lepas pantai Italia.
Islam meluas ke Eropa Timur melalui Turki dan kemudian masuk ke Balkan dan Rusia Timur. Pada tahun 1453M, Negeri Ottoman berganti menjadi kekaisaran Ottoman dan memerintah di Eropa bagian tenggara mengiringi kejatuhan Konstantinopel.
Negara-negara Balkan di Tahun 1796 di bawah kekaisaran Ottoman
Saat kita kembali melihat sejarah, kita akan menyadari pengaruh penting dari umat Islam di Eropa, selama abad pertengahan, untuk keluar dari stagnasi. Kota-kota Muslim Eropa dikenal karena kemegahan arsitekturnya, kemajuan pertaniannya, kemakmuran ekonominya, prestasi intelektualnya, penemuan ilmiahnya dan kemajuan budayanya. Inilah Pelita di Abad Pertengahan yang diliputi kegelapan.
Warisan umat Islam yang tidak kalah pentingnya adalah Convivencia, semangat toleransi dan saling menghormati diantara penduduk berbeda keyakinan. Muslim, Kristen dan Yahudi berkembang bersama di Eropa, bahkan umat Yahudi merasakan Abad Keemasan mereka di bawah pemerintahan Muslim.
Kota-kota Muslim di Eropa yang berkembang telah menjadi kanal bagi penemuan dan pengetahuan Muslim mencapai seluruh Eropa. Teks-teks arab diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan menjadi sumber rujukan utama bagi penelitian kontemporer paling maju di semua bidang. Transfer ilmu pengetahuan yang besar-besaran ini pada akhirnya menjadi bibit-bibit Renaissans
[2] di Eropa.
Setelah Renaissans datang, diikuti Abad Pencerahan serta revolusi industri dan sains, banyak pengakuan dan penghargaan yang terlupakan. Yang tersisa hanyalah keyakinan bahwa Eropa secara tiba-tiba tersadarkan akan kejayaan Yunani klasiknya setelah lama “tertidur”.
Setelah beberapa abad, konsep Convivencia telah ikut terkubur bersama hilangnya sejarah Islam di Eropa. Jangankan pengakuan dan penghargaan terhadap umat Islam untuk jasa mereka atas kebangkitan Eropa, Negara-negara Eropa saat ini malah sibuk dengan mengecam umat Islam dan nabi mereka atau melarang pembangunan masjid serta pakaian Islami.
Kita hanya berhadap bahwa Eropa hari ini akan kembali tersadarkan pada realita masa lalunya dan mengakui jasa-jasa umat Islam di masa lalu serta memberikan kebebasan populasi Muslim Eropa untuk berkembang bukan malah mengekangnya.
Kekhalifahan Cordoba
Pada waktu Eropa Barat terjatuh dalam kegelapan, ada secercah cahaya dan kesejukan yang datang dari Cordoba di bawah pemerintahan Umayyah. Masjid Agung Cordoba membuat pengunjungnya terpesona dengan kaligrafi yang rumit dan lengkungan-lengkungan yang mengesankan. Taman-taman Cordoba, Madina al-Zahra serta al-Hamra, memperlihatkan kekuatan, kemegahan, dan kemewahan Muslim Spanyol.
Pemerintahan Umayyah bertahan melewati abad 11, diteruskan oleh pemerintahan Muslim Afrika Utara yang memerintah Spanyol sampai abad ke 13. Perseteruan dan persaingan telah memecah pemerintahan Islam menjadi kerajaan-kerajaan kecil sehingga memberikan kesempatan pada pemerintahan Kristen untuk merebut kembali wilayah ini. Pada titik ini, Cordoba seperti lenyap di telan Bumi dan Toledo menjadi kota Muslim yang utama berikutnya. Kemudian Toledo pun runtuh pula dan kekuatan Muslim terakhir di Spanyol berada di Granada dimana pemerintahan Muslim melanjutkan sampai dua abad berikutnya, sampai Ratu Isabella dan Raja Ferdinand menaklukkannya di tahun 1492.
Kekaisaran Islam di Selatan Italia
Kerajaan Sisilia, terletak di selatan Italia, adalah bagian dari kekaisaran Islam yang lebih luas, dari abad ke 9 sampai abad ke 11. Di bawah pemerintahan Islam, Sisilia maju pesat: populasi berlipat ganda, orang-orang dari latar belakang etnik dan agama hidup berdampingan dengan harmonis, pertanian makmur, ekspor meningkat dan sistem pengairan maju.
Umat Islam kehilangan Sisilia di akhir abad 11 karena diambil alih oleh orang-orang Normandia (sebuah daerah di sebelah selatan Perancis), akan tetapi umat Islam tetap hidup dalam pulau yang mulikultur ini dengan aman. Orang-orang Normandia tetap memelihara warisan Muslim sehingga bahasa Arab tetap menjadi Lingua Franca di Sisilia dampai 100 tahun berikutnya. Raja Roger II berbicara bahasa Arab dan ia pun mempekerjakan ilmuwan-ilmuwan Muslim dan arsitek Muslim di istananya; tentara Muslim juga menjadi bagian dari angkatan bersenjatanya.
Ibn Jubair mengunjungi Sisilia di akhir abad ke 12 setelah kapalnya pecah sepulang dari beribadah Haji di Mekah. Ia sangat terkejut penyambutan yang hangat dan tangan terbuka di Palermo, Ibnu Jubair menceritakan, ”…Kemegahan dan keagungan menghiasi setiap sudut kota ini; … Ini adalah kota yang penuh dengan keajaiban dan bangunan-bangunan yang sama megahnya dengan Cordoba. Sebuah aliran air permanen yang berasal dari 4 mata air mengalir melewati kota. … Sungguh mata dibuat kagum oleh semua kemegahan ini”
Sayangnya, semangat convivencia tidak bertahan. Seperti halnya di Spanyol, semua muslim diusir keluar dari Sisilia di akhir abad ke 13, hanya jejak yang tertinggal di balik bayang-bayang arsitektur Sisilia yang megah.
Kehadiran Muslim di Spanyol dan Sisilia meninggalkan jejak yang tidak bisa dihapus pada arsitektur bangunannya, sains, literature dan astronomi. Namun sangat disayangkan, kebanyakan darinya telah dilupakan.
Sumber:
- Pervez Saulat, 2011, Europe: Re-Visiting History, http://www.whyislam.org/muslim-world/europe-revisiting-history/
- Pervez Saulat, 2011, Europe: Spain, http://www.whyislam.org/muslim-world/europe-spain/
- Pervez Saulat, 2011, Europe: Sicily, http://www.whyislam.org/muslim-world/europe-sicily/
[1] Abad pertengahan dimulai dari runtuhnya kekaisaran Romawi Barat dan diikuti oleh Renaissan. Rentangnya mulai abad ke 5M sampai abad 15 M.
[2] Renaissans adalah gerakan (perubahan) budaya yang memiliki pengaruh mendalam terhadap kehidupan intelektual Eropa di awal periode modern. Dimulai dari Itali kemudian menyebar ke seluruh Eropa dan membentang dair Abad 14-17M.